Menyikapi Orang Jahil

0
320
argue

“WA IDZAA KHAATHABAHUMUL JAAHILUUNA QAALUU SALAAMAA”

Dalam relasi sosial dengan orang lain, Anda tak selamanya bertemu dengan orang-orang yang berbicara lembut dan santun. Dalam surat Al Furqan ayat 63 yang saya kutip di atas, ada tipe manusia yang disebut jahil. Menurut Nouman Ali Khan, orang jahil dalam ayat ini bukanlah orang yang bodoh, namun orang-orang yang tidak memikirkan efek dari apa yang dia ucapkan terhadap orang lain. Lisannya suka menghina. Mulutnyagemar mencerca. Ucapannya sering membuat luka.

Pelajaran pertama dari dari pesan ayat ini: JANGAN MENJADI ORANG JAHIL ! Pengakuan iman itu membawa konsekwensi. Lisan orang yang beriman haruslah terjaga. Bahasanya ‘refined’. Kata-katanya santun. Kalimatnya penuh hormat kepada yang lain. Otaknya berpikir sebelum lisannya membuka.

Bagaimana jika kebetulan kita yang menjadi korban lisan yang jahil. Ambil pelajaran yang kedua dari ayat yang terkutip diatas: “wa idzaa khaathabahumul jaahiluuna qaaluu salaamaa”. “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam.

So, jika ada makhluk yang menjahili Anda dengan kata-katanya, jangan balas dengan kata-kata hinaan. Ini hanya akan menurunkan kualitas Anda kepada derajat kejahilan yang sama. Balaslah dengan ‘ucapan salam’.

‘Ucapan yang penuh salam (qaaluu salaamaa), menurut Nouman Ali adalah bahasa yang lembut, santun, cermat dan tidak emosional. Inilah selaiknya kalimat-kalimat yang keluar dari seorang mukmin. Inilah selaiknya ucapan-ucapan dari seorang ‘ibaadurahmaan”, hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih.

Melbourne, 22/7/2016
Ustadz Endro Hatmanto