MENJADI INSAN RAHMATAN LIL ALAMIN

0
1380
muslim students playing football

Dalam surat Ibrahim ayat 24-25, seorang mukmin ideal digambarkan oleh para ulama sebagai sebuah pohon yang akar tauhidnya menghunjam kuat ke dalam bumi. Sibghah keislamannya tak tergoyahkan oleh berbagai badai ideologi dan pemikiran yang batil. Batang moralitas dan akhlak mulianya menjulang tinggi ke langit.

Tak cukup dengan itu, mukmin sejati memiliki buah-buah produktifitas amal yang bermanfaat bagi masyarakatnya, “…tuti’ ukulahaa kulla hiinim bi idzni robbihaa….” Ucapan, tenaga, harta, ilmu dan pemikirannya berguna bagi umat. Mukmin pilihan adalah kaum beriman yang menjadikan dirinya insan ‘Rahmatan lil alamin’.

Kebaikan-kebaikan dari insan Rahmatan lil alamin memancar ke semua penjuru makhluk Allah: manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan ekonomi, politik, sosial, kebudayaan dan ekologisnya.

Insan Rahmatan lil alamin mampu menghiasi diri dengan berbagai perilaku mulia:

Ia beramal dan bekerja dengan tawadhu dan kerendahan hati, tak pamrih dan tak dengki pada kesuksesan orang lain, tak takabur dan arogan dalam keberhasilannya.

Ia bersyukur atas apa pun yang diterima, tak punya kebiasaan mengeluh dan merengek, tak menuntut apa yang tak patut.

Ia terbebas dari aji mumpung, sinis, apatis, pelit dan egois.

Ia memiliki mentalitas berkelimpahan sehingga mampu berbagi dan memberi, membantu sesama dengan suka cita, mengabdi dan berkorban dalam iman dan pengharapan.

Ia berjiwa besar, sanggup mengalah dan bersikap ‘legowo’.

Ia sabar, hatinya damai, pemaaf dan tak memupuk sakit hati dan dendam kesumat.

Ia berwatak baik, tak pernah berniat jahat dan tak merencanakan keburukan bagi orang lain.

Ia percaya diri dan mantab jiwa karena iman dan harapan yang baik pada Sang Pencipta, tak bimbang, tak khawatir, tak berduka dengan masa lalu dan tak gelisah dengan masa depan.

Ia menyemaikan sifat ‘qanaah’, tak takut kekurangan, bahkan sebaliknya ia mampu bersikap sederhana, bersyukur atas semua karunia dan mencukupkan diri dengan apa yang ada, namun selalu berjuang menggapai yang lebih baik.

Ia berpikir positif, bukan menambah masalah tapi pemecah masalah, bermental optimis, pemberi solusi, pandai memotivasi diri dan sesama.

Ia tak berkata-kata kecuali ucapan yang mulia, konstruktif dan apresiatif, tak melecehkan sesama.

Ia tak tunduk pada nafsu, hidupnya dipandu oleh nilai-nilai Qurani dan ajaran Nabi, perilakunya dibimbing oleh prinsip-prinsip moral yang tinggi.

Endro DH, Bantul Yogya, 19 Agustus 2017