Muhammadiyah dalam memahami Islam berdasarkan pada AlQuran dan As Sunnah. Tidak terikat aliran teologis, madzhab fikih, dan tariqat sufiyah apapun. Walaupun secara de facto ahlussunnah
Muhammadiyah menganut fikih manhaji, mementingkan dalil dibanding pendapat
Paham agama dalam Muhammadiyah independen, komprehensif, dan integratif
Muhammadiyah mencirikan diri sebagai gerakan tajdid, terbagi menjadi purifikasi dan dinamisasi. Keduanya harus seimbang
Muhammadiyah memposisikan diri sebagai Islam moderat, tidak radikal dan tidak liberal
Muhammadiyah itu berkemajuan, dalam artian berorientasi kekinian dan masa depan. Bukan modernis bukan tradisionalis
Muhammadiyah sedikit bicara banyak bekerja. Walaupun sedikit warganya tapi luar biasa amal usahanya, sehingga mandiri dan tidak bergantung pada kekuasaan
Pengajian selalu perlu, karena ide dan wacana seringkali berasal dari pengajian
Qadariyah dan Jabariyah saat ini sekedar teori di buku. Pada prakteknya tidak ada yang benar-benar murni
Keraton butuh pusaka dan ritual untuk menegakkan wibawanya, urusan syirik-takhayul-khurafat adalah tugas kita meluruskan pada masyarakat
Dalam menghadapi kebencian ajaklah berdialog, jangan membalas dengan emosi
Bid’ah hanya dalam ibadah mahdhah, dalam budaya tidak ada bid’ah. Jangan sampai kita memperluas cakupan bid’ah
Peringatan itu kalau lupa saja, jangan sebentar-sebentar diperingati
Jika studi di luar negeri, bergaullah dengan bangsa lain, jika sekedar dengan bangsa kita bisa dibilang percuma
Bandel, nakal, itu normal asal dijaga agar tidak sampai melakukan kemaksiatan
Minimal menjadi kader + aktif di persyarikatan. Tingkatan selanjutnya adalah menjadi cendekiawan. Paling baik menjadi ulama
Prof.Dr.Yunahar Ilyas, Lc, MA
Ketua PP Muhammadiyah