Sederhana Itu Indah

0
388
bike

Sederhana itu indah. Lailah Gifty Akita dalam bukunya “Pearls of Wisdom” berkata: “Simplicity simplified life”, kesederhanaan membuat hidup kita simple. Enak. Tak memaksakan diri. Tidak njlimet.

SEDERHANA DALAM GAYA HIDUP membuat nyaman dan efisien. Sebaliknya, mengejar gaya hidup yang ‘wah’ membuat repot. Baju harus bermerk. Mobil harus mahal. Tas harus brand yang terkenal. HP harus merk bergengsi. Hidup menjadi berat, karena ingin selalu tampil berkelas, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Hidup begitu menyiksa, karena nampang ‘selfie’ di media sosial harus tampil ala sosialita. Kebanyakan gaya membuat hidup kita menderita.

Rasulullah adalah sosok yang patut menjadi referensi keteladanan tentang kesederhanaan. Soal tempat tidur Nabi, Ummul Mu’minin, Aisyah RA menggambarkan bahwa beliau tidak tidur di tempat yang mewah. “Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah SAW terdiri atas kulit binatang, sedang isinya adalah sabut korma.” (HR At-Tirmidzi). Mudah bagi beliau untuk hidup mewah, namun ruangannya hanya hamparan tikar tanpa perabot. Pakaian Rasulullahpun sangat sederhana.

SEDERHANA DALAM BERBICARA juga membuat kita nyaman. Dulu saya sering berpikir kalau kita pakai bahasa susah dan orang lain tak paham, berarti kita pintar. Penulis yang hebat saya pikir adalah yang menulis buku dengan kalimat yang kompleks dan sulit dipahami. Sungguh persepsi yang salah. Dale Carnegie menulis buku yang paling laris di dunia berjudul “How to make friends and influence people”. Tulisan dalam buku itu ternyata menggunakan bahasa yang sederhana dan sangat mudah dipahami. Buku larisnya Steven Covey “7 habits of highly effective people” ternyata berbahasa sederhana.

Rasulullahpun jika bicara sangatlah jelas dan mudah dipahami oleh orang yang mendengarnya (HR. Abu Dawud). “Rasulullah Saw sering mengulang perkataannya tiga kali agar mudah dipahami.” (HR. Bukhari).

SEDERHANA DALAM MAKANAN tak kalah nyamannya. Makanan-makanan yang dianggap sederhana ternyata menyehatkan. Sebaliknya makanan yang acapkali dipandang mewah penuh dengan kolesterol dan sumber penyakit. Karenanya, banyak orang yang sekarang berpindah ke makanan sederhana.

Dalam persoalan makan, Rasulullah adalah pakarnya kesederhanaan.

″Rasulullah SAW. Tidak pernah makan dengan piring sampai beliau meninggal dunia ,juga beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung lembut sampai meningal dunia” (Dari Anas RA)

An-Nu’Man bin Basyir RA berkata″aku pernah melihat Nabi SAW tidak mendapatkan makanan walau hanya sebutir kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya”.(HR.Muslim).

Malulah kita yang bermewah-mewah dalam hal makanan di era industri kuliner yang untuk makan saja kita sampai pusing mau ke restoran mana dan mau pilih menu apa.
Sederhanalah !

Sederhana itu begitu indah.

Melbourne, 6 Januari 2017
Ustadz Endro DH
Dewan Asatidz PCIM ANZ